puisi dasam samsudin
hina dina bersujud mengharap iba dari penguasa kekar
tak ada bela selain diinjak hingga tersungkur terkapar
sang pemimpin melangkahi satu mayat yang menggelepar
tiada kasih, yang ada tawa kejam menggelegar
seorang jelata menunduk melas tubuhnya bergetar
seringai senyum pemimpin sedang tangannya menampar
jelata terjungal tiada ampun terus dihajar
jelata mati, bersiram darah segar
pemimpin melangkah, mayat kedua tergelapar
si miskin bernyali berdiri tegar dengan sabar
menuntuk keadilan pemimpin demi merah putih berkibar
kalah wibawa dan harta si miskin pun berbalik dikejar
bercak darah kekalahan memandikannya di samping pagar
benteng kokoh barisan betis berjajar
para kader intelektual berkumpul demi keadilan berkoar-koar
sang pemimpin terus melangkah gagah tanpa gusar
dibelakangnya berderet pasukan tak berjiwa hanya tubuh yang kekar
terjadi jibaku sedang sang pemimpin terus melangkah, tetap bugar
agamawan berdalil moral hancur hingga marah dan gahar
sang pemimpin sampai disinggasana, duduk berseringai melihat hingar bingar
para agamawan bercerai berai berebut aku yang paling benar
***
indramayu, 2012
dasam samsudin