Kitab kuning, karya klasik yang mengakar dalam tradisi pesantren, mengandung banyak ilmu agama dan filsafat yang sangat berharga. Belajar kitab kuning bukan sekadar mempelajari teks-teks kuno, tetapi juga menggali hikmah yang mendalam dan relevan dengan kehidupan modern. Berikut ini adalah tiga manfaat utama belajar kitab kuning, dilengkapi dengan dalil dan pendapat para pakar.
Pemahaman Mendalam tentang Agama
Kitab kuning mengajarkan pemahaman mendalam tentang ajaran Islam, hukum, dan akhlak. Dengan mempelajari kitab ini, santri dapat memperkuat iman dan praktik ibadahnya. Dalil yang mendukung pentingnya memahami ajaran agama dapat ditemukan dalam Al-Qur’an, misalnya dalam Surah Al-Baqarah ayat 269:
“Allah menganugerahkan hikmah (pemahaman yang mendalam) kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa dianugerahi hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal lah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al-Baqarah: 269).
Selain itu, Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar dalam sejarah Islam, menekankan pentingnya memahami ilmu agama dalam karyanya Ihya’ Ulumuddin. Beliau menyatakan bahwa ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan hidup manusia, dan tanpa ilmu, seseorang akan tersesat.
Pengembangan Pemikiran Kritis
Membaca kitab kuning melatih kemampuan berpikir kritis dan analitis dalam memahami teks-teks klasik dan meresapi makna yang terkandung di dalamnya. Proses ini sejalan dengan anjuran Rasulullah SAW yang bersabda:
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”
Pendekatan kritis dalam memahami ilmu agama juga diungkapkan oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah. Beliau menegaskan bahwa untuk memahami suatu ilmu, seseorang harus memiliki kemampuan analisis yang tajam dan kritis.
Menjaga Warisan Budaya
Dengan mempelajari kitab kuning, kita turut serta menjaga dan melestarikan warisan intelektual dan budaya Islam yang telah diwariskan turun-temurun. Menjaga warisan ini sangat penting, sebagaimana dinyatakan dalam hadits:
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Pendapat ini juga didukung oleh Yusuf Al-Qaradawi, seorang cendekiawan Muslim kontemporer. Dalam bukunya Fiqh Al-Zakat, beliau menekankan pentingnya memahami dan mengajarkan ilmu-ilmu klasik untuk memastikan bahwa warisan intelektual Islam tetap hidup dan relevan.
Penutup
Belajar kitab kuning bukan hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga memperkuat iman, mengasah pemikiran kritis, dan menjaga warisan budaya Islam. Dalam dunia yang terus berkembang ini, kitab kuning tetap menjadi sumber hikmah yang tidak ternilai harganya. Mari terus belajar dan mengamalkan ilmu yang telah diwariskan oleh para ulama terdahulu, sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT.