Oleh Mulki Fatihah As Shidiq
Santri Kelas 6A Al-Furqon MBS Cibiuk
Siapa sangka bahwa perjalanan hidup saya akan seindah ini? Semua berawal dari keputusan berani untuk mondok dan menjadi seorang santri. Awalnya, rasa ragu dan takut pasti ada. Jauh dari keluarga, lingkungan baru, dan tantangan akademik yang lebih berat. Namun, semua keraguan itu sirna seketika ketika saya merasakan kehangatan pesantren.
Pesantren bukan hanya sekadar tempat menuntut ilmu agama. Di sini, saya menemukan keluarga kedua. Para santri lainnya, para ustadz dan ustadzah, semuanya menyambut saya dengan hangat. Bersama mereka, saya belajar arti persaudaraan, saling tolong-menolong, dan menghargai perbedaan.
Selain ilmu agama, pesantren juga mengajarkan saya banyak hal tentang kehidupan. Mulai dari kedisiplinan, kemandirian, hingga kepemimpinan. Setiap hari, kami diajarkan untuk bangun pagi, sholat berjamaah, menghafal Al-Quran, dan mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Semua kegiatan ini membentuk karakter saya menjadi lebih baik.
Salah satu momen yang paling berkesan adalah ketika saya mengikuti kegiatan santri hijrah yang dilaksanakan di daerah Garut. Kami diajak untuk mengunjungi sekolah-sekolah seperti TK, SD, SMP, memberikan ilmu kepada masyarakat saat pengajian, dan ikut serta dalam kegiatan sosial lainnya. Melalui kegiatan ini, saya menyadari betapa pentingnya kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama.
Tentu saja, perjalanan menjadi santri tidak selalu mulus. Ada kalanya saya merasa lelah, bosan, dan ingin menyerah. Namun, dengan dukungan dari para ustadz, ustadzah, dan teman-teman, saya selalu bisa bangkit kembali. Mereka selalu memberikan motivasi dan semangat agar saya bisa terus belajar dan berkembang.
Masa menjadi santri adalah masa emas dalam hidup saya. Di sini, saya menemukan jati diri, menggali potensi, dan membentuk karakter yang kuat. Semua ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan di pesantren akan menjadi bekal berharga untuk menghadapi masa depan.