puisi nida aulia
bau amis menusuk hidung
merah membanjiri bumi pertiwi
jerit tangis bayi mengiris hati,
doa terucap, memohon perlindungan.
bising memekakan telinga
karena rudal yang datang
bukan suatu yang aneh
apalagi asing
karena setiap hari ia lewati
bak sapaan hangat sang kerabat
jerit tangis sakit memilukan asa
racauan doa dan puji ia lantunkan
berharap yang kuasa mendengarnya
tak pernah terlupa pada sang pencipta
amunisi jiwa, senjata paling ampuh.
menunggu keajaiban, mengharap kedamaian,
dalam lindungan sang pencipta yang agung.
***
garut, 11 agustus 2024
nida aulia
santri kelas 6, al furqon mbs cibiuk